Kata riset, penyebabnya adalah soal ukuran yang tidak selalu pas.
Saat ini kondom masih menjadi satu-satunya alat yang diklaim dapat
mencegah penularan HIV/AIDS. Sebagaimana fungsinya, kondom juga berguna
untuk mencegah kehamilan yang tak diinginkan oleh setiap pasangan.
Meski demikian, tidak sedikit para pria enggan memakai kondom karena berbagai alasan. Salah satu penelitian menyimpulkan penyebab pria malas menggunakan kondom adalah karena ukurannya yang tidak pas. Benarkah?
Sebuah studi dilansir dari Jurnal Archives of Sexual Behavior mengatakan banyak pria tidak memakai pengaman lateks dengan alasan memiliki penis berukuran terlalu besar, atau dengan kondom segala ukuran dinilai terlalu kecil.
"Seorang klien di sebuah biro layanan HIV diperlihatkan pada sebuah wadah berisi kondom berukuran standar, dan menanyakan apakah memiliki ukuran lain. Lalu bisa melihat mana yang membawa kondom atau tidak," ujar peneliti, Dr Christian Grov seperti dilansir Medical Daily.
Studi respon terhadap kondom itu melibatkan 500 pria gay atau biseksual yang menghadiri sebuah acara komunitas di kota New York. Dalam acara tersebut, peserta diberi pertanyaan perihal ukuran kondom, dan pengaruh kondom dengan kualitas hubungan intim.
Alhasil, hampir separuh peserta yang ikut menyuarakan kondom yang dipakainya selip selama berhubungan seks dan rusak. Untuk menggantinya, lebih dari 60 persen pria mengaku kesulitan untuk menemukan kondom yang pas.
Hasil penelitian ini menunjukkan memproduksi kondom dengan satu ukuran yang sama dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi menular seksual.
Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya di tahun 2009 yang menemukan bahwa pria cenderung enggan atau memandang negatif penggunaan kondom jika ukuran kelaminnya lebih besar, atau lebih kecil dibanding ukuran normal.
Meski demikian, tidak sedikit para pria enggan memakai kondom karena berbagai alasan. Salah satu penelitian menyimpulkan penyebab pria malas menggunakan kondom adalah karena ukurannya yang tidak pas. Benarkah?
Sebuah studi dilansir dari Jurnal Archives of Sexual Behavior mengatakan banyak pria tidak memakai pengaman lateks dengan alasan memiliki penis berukuran terlalu besar, atau dengan kondom segala ukuran dinilai terlalu kecil.
"Seorang klien di sebuah biro layanan HIV diperlihatkan pada sebuah wadah berisi kondom berukuran standar, dan menanyakan apakah memiliki ukuran lain. Lalu bisa melihat mana yang membawa kondom atau tidak," ujar peneliti, Dr Christian Grov seperti dilansir Medical Daily.
Studi respon terhadap kondom itu melibatkan 500 pria gay atau biseksual yang menghadiri sebuah acara komunitas di kota New York. Dalam acara tersebut, peserta diberi pertanyaan perihal ukuran kondom, dan pengaruh kondom dengan kualitas hubungan intim.
Alhasil, hampir separuh peserta yang ikut menyuarakan kondom yang dipakainya selip selama berhubungan seks dan rusak. Untuk menggantinya, lebih dari 60 persen pria mengaku kesulitan untuk menemukan kondom yang pas.
Hasil penelitian ini menunjukkan memproduksi kondom dengan satu ukuran yang sama dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi menular seksual.
Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya di tahun 2009 yang menemukan bahwa pria cenderung enggan atau memandang negatif penggunaan kondom jika ukuran kelaminnya lebih besar, atau lebih kecil dibanding ukuran normal.