SELAMAT DATANG & TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA DI MANGUPURA.BLOGSPOT.COM

Kamis, 17 Maret 2011

UPACARA PENGABENAN TIKUS


Ketika Tikus Dingabenkan
Ngaben tikus sudah ada sejak berabad-abad lalu ketika Bali masih mengalami zaman kerajaan.




Ngaben,
atau upacara penyucian atma (roh) fase pertama yang merupakan kewajiban suci umat Hindu Bali terhadap leluhurnya lewat prosesi pembakaran jenazah, ternyata tidak hanya dilakukan pada manusia. Ngaben juga bisa dilakukan terhadap hewan. Di Desa Cemagu Mengwi, Badung, Bali, belum lama ini digelar Ngaben untuk ratusan hewan pengerat, tikus. Tujuannya satu, agar hewan hama itu tidak lagi mengganggu sawah penduduk. Ada perbedaan mencolok antara Ngaben untuk manusia dan hewan. Ngaben manusia bertujuan agar rohnya bereinkarnasi, tapi tidak demikian untuk Ngaben tikus. Harapannya justru agar roh tikus itu tidak kembali lagi.

Upacara Ngaben tikus disebut "Mirateka Marana Tikus". Ketua Forum Pekaseh Klian Subak Abian Se-Badung I Nyoman Renda menjelaskan ritual yang memakan biaya hingga Rp400 juta ini memang sengaja digelar untuk membasmi hama. "Selain untuk mengusir hama tikus, Ngaben ini kita percaya bahwa makluk hidup pun harus dikembalikan ke alamnya walaupun manusia sendiri yang mematikannya," ujarnya.

'Ritual Mirateka Marana Tikus' sebenarnya sudah ada sejak berabad-abad lalu ketika Bali masih mengalami zaman kerajaan. Pada saat itu raja beserta rakyatnya bersatu padu menggelar Ngaben tikus. Saat ini di sejumlah daerah lumbung beras, seperti Tabanan dan Badung, upacara tetap dilestarikan. Hanya saja pelaksanaannya dilakukan 10 tahun sekali. “Tahun ini merupakan ketiga kalinya,” ujar Nyoman Renda.

Ratusan bangkai tikus yang akan diaben telah ditangkap sebelumnya oleh para petani dengan cara diberi perangkap maupun racun. Selain tikus, sejumlah hama yang dianggap dapat mengganggu ladang petani juga diikutkan dalam prosesi Ngaben seperti wereng, keong sawah, yuyu (kepiting sawah), serta ular.

Sebelum memulai ritual, ratusan warga mengawali dengan bersembahyang bersama dengan harapan segala hama tidak akan mengganggu ladang mereka lagi. Usai persembahyangan, warga yang mengenakan pakaian adat serba putih itu mulai mengusung berbagai jenis persembahan hasil pertanian seperti padi, jagung serta hewan ternak bebek, ayam dan satu kepala kerbau.

Hampir serupa dengan upacara Ngaben manusia, ritual ini juga menggunakan Bade yang dipakai untuk mengusung bangkai tikus, juga patung lembu hitam berukuran sedang yang akan dibakar bersama bangkai tikus. “Jika Ngaben manusia, rohnya diharapkan bereinkarnasi, tapi dalam upacara Mirateka Marana Tikus kita berharap tidak kembali lagi rohnya,” ujar Renda.

Dengan iringan gamelan Bali atau ‘Bleganjur’ bangkai tikus beserta hama lainnya mulai dimasukkan kedalam peti yang terbungkus kain putih. Kemudian bangkai tikus itupun dibakar. Yang membakar pertama biasanya dianggap orang suci. Dalam ritual Selasa lalu, yang membakar pertama kali adalah Bupati Badung Anak Agung Gde Agung, dan Ida Pedanda atau orang suci Hindu. Pedanda inilah yang selanjutnya bertugas membuang abu ke laut.


Minggu, 13 Maret 2011

DESIGN HOTEL ANTI TSUNAMI SIAP DIDIRIKAN



Ark Hotel bisa didirikan hanya dalam waktu beberapa bulan di seluruh bagian dunia.



Ancaman pemanasan global, saat ketinggian permukaan laut diperkirakan naik secara ekstrim dan menenggelamkan sebagian planet Bumi, menjadi inspirasi perusahaan arsitektur Rusia, Remistudio.

Dalam program arsitektur penanggulangan bencana International Union of Architects, Remistudio merancang sebuah hotel yang bisa berperan sebagai bahtera penyelamat, kalau-kalau bencana dahsyat terjadi. Namanya, Ark Hotel. Bisa didirikan di laut atau darat.

Ini mungkin terdengar seperti perpaduan kisah bahtera Nabi Nuh dan cerita film fiksi ilmiah tahun 1970-an. Namun, hotel berbentuk kerang ini memang didesain tahan yang banjir akibat kenaikan ekstrim permukaan air laut. Juga terhadap gelombang. Ark Hotel dapat mengapung dan timbul secara otomatis di permukaan air.


Tak hanya itu, hotel ini juga tahan gempa, dan bisa didirikan di daerah yang berbahaya secara seismik. Arsiteknya mengklaim, desain yang terdiri dari konstruksi busur dan kabel dengan bantalan bisa mendistribusikan berat secara merata saat terjadi lindu.

Selain itu, struktur bawah tanahnya berbentuk tempurung, tanpa tepian atau sudut. Hotel raksasa yang mengambang ini diklaim juga sebagai 'biosfer', surga yang nyaman bagi para penghuninya, bahkan saat bencana sekalipun.

Desain hotel futuristik ini menggunakan panel matahari dan instalasi pengumpul air hujan, menjamin ketersediaan energi, juga air bagi para penghuninya.

Lingkungan yang mirip rumah kaca juga memungkinkan tanaman tumbuh subur, membantu meningkatkan kualitas udara dan juga menyediakan makanan.

Selain itu, strukturnya yang tembus pandang membuatnya hemat energi di siang hari. Cukup memanfaatkan energi matahari. Untuk memastikan kualitas cahaya, bingkai kaca dilengkapi pembersih otomatis.


Menurut Alexander Remizov dari Remistudio, ada dua pertimbangan utama dalam desain ini.

"Pertama, meningkatkan pengamanan dan pencegahan terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim dan perubahan iklim. Yang kedua adalah melindungi lingkungan alam dari aktivitas manusia," kata dia, seperti dimuat Daily Mail, 10 Januari 2011.

Bahtera ini juga dimaksudkan untuk menjawab tantangan lingkungan global saat ini. Juga untuk mendukung sistem pertahanan hidup.

"Semua tanaman dipilih yang sesuai, efisiensi pencahayaan, dan produksi oksigen. Juga bertujuan untuk menciptakan ruang yang menarik dan nyaman," kata dia.
Remizov menambahkan, atap hotel yang transparan menjamin ada cukup cahaya bagi tanaman dan untuk menerangi interior.
Perancangnya mengklaim, Ark Hotel bisa didirikan hanya dalam waktu beberapa bulan di seluruh bagian dunia. "Bagian-bagiannya bisa disatukan dalam waktu tiga sampai empat bulan," kata Remizov.

Hingga kini hotel ini masih berbentuk rancangan, para arsiteknya sedang mencari investor untuk membuatnya nyata. Selain jadi hotel yang nyaman untuk rehat, Ark Hotel bisa menjelma menjadi lokasi pengungsian di masa depan.











Rabu, 09 Maret 2011

Blogger China Amuk Facebook

Akun Facebook miliknya dibekukan gara-gara menggunakan nama tidak sesuai KTP.



Seorang blogger asal China, Michael Anti, marah dengan aturan Facebook yang telah membekukan akun pribadinya. Ia mempertanyakan mengapa dirinya kalah layak memiliki akun dibandingkan anjing milik pendiri perusahaan Facebook, Mark Zuckerberg.

Seperti dikutip dari Associated Press, Anti tak bisa mengakses akun Facebook miliknya sejak Januari. Lewat email, ia menerima penjelasan dari Facebook bahwa pembekuan akun dilakukan lantaran penggunaan nama palsu.

Facebook meminta Anti menggunakan namanya aslinya, Zhao Jing. "Saya tidak biasa menggunakan nama China saya," ujar mantan wartawan itu.

Peraturan Facebook mengharuskan seluruh pemegang akun menggunakan nama asli sesuai KTP. Kebijakan itu ditempuh demi meningkatkan akuntabilitas dan keamanan bagi pengguna Facebook.

"Peraturan itu dibuat berdasar penelitian yang kami lakukan serta konsultasi dengan sejumlah pakar perlindungan anak," ujar Direktur Komunikasi Internasional dan Kebijakan Publik Facebook, Debbie Frost.

Anti mengatakan bahwa nama Michael Anti sudah menjadi identitas profesionalnya selama satu dekade. Dengan nama itu juga, ia menerbitkan sejumlah tulisan di media massa dan esai.

Anti berang karena pembekuan akun itu membuatnya kehilangan kontak dengan lebih 1.000 relasi akademik dan profesional yang terjalin sejak ia membuat akun Facebook pada 2007.

"Saya benar-benar marah, anjing Zuckerberg memiliki akun Facebook. Padahal, kiprah jurnalistik dan akademis yang saya lakukan lebih nyata ketimbang seorang anjing," kata peraih beasiswa Universitas Cambridge dan Universitas Harvard itu.

Zuckerberg memang membuatkan anjingnya akun di Facebook lengkap dengan foto dan profil. Namun akun anjing bernama Beast itu dianggap tidak melanggar aturan Facebook karena bukan akun personal, melainkan fan page yang dikhususkan untuk penggemar.

Anti mengatakan, jika kebijakan itu berlanjut akan menyulitkan sejumlah aktivis dan wartawan di China. Sebab, selama ini mereka sering menggunakan nama samaran untuk memgkritisi pemerintah.